Ketua DPR, Bambang Soesatyo menegaskan, di usia ke-74 tahun kemerdekaan Indonesia, Bangsa Indonesia harus terus membangun sumber daya manusia yang unggul dalam sikap dan mental. Bangsa ini juga harus adaptip terhadap perkembangan ilmu teknologi ,tanpa mengabaikan kearifan budaya nasional, sehinggaakan semakin kuat dan berdaulat.
"Kita patut bersyukur, tak perlu menunggu waktu lama untuk mengibarkan Bendara Merah Putih. Tidak seperti para pejuang dan founding fathers yang butuh waktu ratusan tahun menghadapi penjajah. Rasa syukur itu harus diwujudkan dalam karya nyata. Salah satunya dengan menjadi manusia yang berbudaya dan beradab, unggul berkualitas," ujar Bamsoet, usai mengikuti upacara Proklamasi 17 Agustus, di Istana Negara, Jakarta, Sabtu (17/8/2019).
Dalam upacara tersebut, bertindak sebagai inspektur upacara, Presiden Joko Widodo. Kolonel Laut (P) Hariyo Poernomo sebagai komandan upacara, Brigadir Jenderal TNI Syafruddin sebagai perwira upacara dan Ketua DPD RI, Oesman Sapta Odang membacakan Teks Proklamasi.
Bendahara Umum DPP Partai Golkar 2014-2016 ini bersyukur, Bangsa Indonesia memiliki ideologi Pancasila. Selama 74 tahun merdeka, Pancasila terbukti mampu menangkal gejolak perang saudara maupun perpecahan mendalam di antara sesama anak bangsa.
"Bahkan pada Pemilu 2019 lalu, di tengah gejolak dan serangan ideologi transnasional, Pancasila mampu menyelamatkan anak bangsa dari pertikaian yang berkepanjangan. Nilai-nilai Pancasila inilah yang harus kembali disebarluaskan serta ditanamkan dalam diri seluruh rakyat Indonesia," tutur Bamsoet.
Legislator Dapil VII Jawa Tengah yang meliputi Kabupaten Purbalingga, Banjarnegara, dan Kebumen ini menjelaskan, bagi Indonesia, manusia adalah aset yang tidak ternilai harganya. Tak seperti Jepang maupun negara lainnya, yang saat ini tengah menghadapi krisis demografi, Indonesia justru diuntungkan dengan bonus demografi yang semakin meningkat.
"Kita berikan apresiasi terhadap visi Presiden Joko Widodo dalam pembangunan sumber daya manusia. Sangat relevan dengan kondisi Indonesia, yang akan menghadapi bonus demografi pada periode awal 2020 - 2030, yang dilanjutkan 2030 - 2040, yakni jumlah penduduk produktif berusia 15 - 64 tahun lebih besar, yang diprediksi sekitar 52 persen, dibanding usia non pruduktif dibawah 15 tahun dan di atas 64 tahun," papar Bamsoet.
Kepala Badan Bela Negara FKPPI ini mengingatkan, besarnya jumlah penduduk usia produktif harus dibekali dengan kemampuan SDM yang mumpuni. Jika tidak, bonus demografi bukan menjadi berkah, tetapi dapat menjadi bencana.
"Persiapannya harus dimulai sejak saat ini, mengingat bonus demografi tersebut diprediksi akan berakhir pada akhir 2040, dimana jumlah penduduk lansia Indonesia akan bertambah 19 persen hingga 2045," tutur Bamsoet.
Melalui persiapan matang yang dilakukan sejak dini, di usia ke - 100 tahun kemerdekaan Indonesia pada 2045, Wakil Ketua Umum Pemuda Pancasila ini yakin, seluruh penduduk Indonesia sudah menjadi warga yang sejahtera. Tidak ada lagi ketakutan ataupun kekhawatiran karena ketidakmampuan memenuhi urusan mendasar manusia, seperti, sandang, pangan, papan, kesehatan dan pendidikan.
"Karena itu, dalam pembahasan APBN 2020, DPR dan pemerintah sepakat memangkas belanja barang agar anggaran yang ada bisa dimanfaatkan sebesarnya untuk pembangunan manusia. Targetnya, bisa menurunkan kemiskinan mencapai 8,9 persen, indeks pembangunan manusia 72,5 persen, gini ratio 0,75 - 0,78 persen, dan tingkat pengangguran terbuka 4,8-5,1 persen," pungkas Bamsoet.
BANDAR DOMINO99 | AGEN BANDARQ | AGEN POKER | DOMINO ONLINE | AGEN DOMINO
Tidak ada komentar:
Posting Komentar